Demi Istri Production Hadirkan Film" Terbang " Menembus Langit


Konferensi Pres di Atrium Kuningan City Jakarta 25 September 2017.
Demi Istri Production menghadirkan Film Terbang.
Provinsi Kaltara dipilih sebagai lokasi pembuatan Film Terbang Menembus Langit.

Film ini dibintangi sederet aktor dan aktris berkualitas. Mulai dari Baim Wong, Dion Wiyoko, Delon, Marcel Darwin, Aline Andita, Melissa Karim, Erick Strada, Chew Kinwah, Aline Adita, Laura Basuki,

Disutradarai Fajar Nugros berada di Bumi Panguntaka dengan mengambil berbagai lokasi di Kota Tarakan, Jalan Markoni, Panglima Batur, Hang Tuah, Tanjung Batu, Pantai Amal, dan Binalatung.

Pengambilan gambar film ini memakan waktu hampir 2 (dua) bulan dan dilakukan di 3 (tiga) daerah yaitu Tarakan, Surabaya, dan Jakarta. Ketiga kota tersebut dipilih terkait dengan latar belakang cerita perjalanan hidup tokoh utama. Porsi terbesar lokasi pengambilan gambar dilakukan di Surabaya dan Tarakan. Pengalaman shooting di dua kota tersebut sangat positif dan menyenangkan karena baik masyarakat maupun jajaran pejabat dari berbagai institusi yang terkait dengan kegiatan produksi film sangat membantu lancarnya pengambilan gambar. "Syuting film Terbang ini mempunyai keseruan dan tantangan yang unik, karena kedua setting yang menjadi lokasi syuting ini, belum pernah kami jajaki di produksi film DIP sebelumnya. Begitu pun dengan membuat setting tahun 70an. lni kali pertama buat kami. Saya ucapkan terima kasih kepada Pemkot dan Polrestabes Surabaya dan Pemkot serta Polres Tarakan yang telah menjadi tuan rumah lokasi film kami dengan balk,” terang Susanti Dewl selaku produser. Sementara bagi Fajar selaku sutradara, ada hal yang menarik terkait dengan para pemain di film ini. Dengan porsi pengambilan gambar yang dilakukan tidak di Jakarta, maka talenta-talenta lokal menjadi hal yang penting dalam film ini. "Kami melakukan pencarian pemain-pemain lokal Tarakan dan Surabaya selama hampir tiga bulan. Dan seperti halnya kisah film ini, terkadang orang-orang di Indonesia hanya membutuhkan satu kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dan bakat mereka,"ungkap Fajar.

Bagi tim produksi, film ini juga menjadi tantangan tersendiri karena rentang waktu yang diambil adalah dari era '70an hingga sekitar 1998. Tim art, wardrobe, make up, dan sound menemukan tantangan sekaligus keseruan yang berbeda-beda agar tidak meleset menampilkan periode yang berbeda-beda tersebut. Mereka harus sangat jeli dan memiliki pengetahuan rentang misalnya bagaimana mode masa itu, barang-barang apa saja yang ada pada masa itu, suara-suara kendaraan pada masa itu tentunya berbeda dengan kebisingan jalanan masa kini.

Film berdurasi dua jam ini menceritakan kisah nyata seorang pria bernama Onggy Hianata yang
dulu kehidupannya miskin, kini sukses menjadi seorang pengusaha di Singapura.

Onggy yang Iahir di Tarakan 6 Maret 1962, sejak kecil hingga remaja Onggy tinggal di Tarakan dan pada tahun 1983 memutuskan hijrah untuk kuliah di Kota Surabaya dan menjadi orang sukses di Singapura.
Untuk meraih kesuksesan seperti sekarang ini, ternyata tidak mudah, karena berbagai rintangan harus dihadapi Onggy.
Namun dengan tekad dan semangat yang kuat, berbagai rintangan dapat dihadapi Onggy.

Di film inilah nanti dapat dilihat bagaimana rintangan yang dihadapi Onggy hingga sukses seperti sekarang ini, "Saya juga tidak tahu apakah pantas perjalanan hidup saya difilmkan. Namun berkat dukungan dari teman-teman, bahwa film ini dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda, akhirnya saya pikir kenapa tidak filmkan, kalau memang ada nilai positifnya,” kata Onggy Hianata.

"Film ini akan diputar di bioskop Indonesia pada Februari 2018.
Oleh karena itu ia mengajak seluruh
masyarakat, terutama masyarakat Kota Tarakan untuk menyaksikan film ini, yang ingin berjuang untuk mencapai kesuksesan harus menonton film ini. Di film ini menampilkan paradigma, bahwa kita tidak usah takut dilahirkan miskin atau tinggal dimana. Tapi bagaimana berfikir untuk maju mencari kemajuan kedepan yang lebih baik,” ujarnya.

Masyarakat Kalimantan Utara (Kaltara), khususnya Tarakan, harus menonton secara Iangsung film ini.
"lnginnya saya sih, segera ada bioskop di Tarakan. Karena di dalam film ini nanti, 30 menit pertama akan mengisahkan Pak Onggy selama di kota ini,"kata Produser Susanti Dewi.

Film ini menggambarkan kehidupan nyata Onggy Hianata selama di Tarakan, Surabaya, dan Jakarta. Diketahui setelah Iulus dari pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Tarakan, Onggy merantau ke Kota Surabaya.

Dia bertekad merantau untuk kuliah sembari bekerja dengan menetap di kos-kosan. Aktivitas yang dilakukannya sehari-hari selain kuliah, ia juga berjualan jagung bakar dan ayam goreng di pinggir jalan, serta membuat kerupuk untuk dititipkan di toko.

"Penjualan saya tidak mulus pada saat itu. Banyak sekali tertipu," ujar Onggy Hianata.

Akhirnya, setelah lulus kuliah, Onggy yang sudah menguasai bahasa Mandarin dan Inggris, memutuskan untuk menjadi karyawan kecil di suatu perusahaan milik Jepang.

Berbagai jabatan sudah dijalaninya, hingga menjadi manajer merupakan kisah kesuksesan awal perjalanan hidupnya.

“Saya kurang betah dan akhirnya memilih keluar dan Saya membangun bisnis jaringan sendiri. Karena ingat kata almarhum ayah, harus memiliki usaha sendiri.” katanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sophie Martin Plaza Semanggi Keren

PT Bintang Anugerah Kencana Sebagai Distributor Nasional Indonesia Yang Ditunjuk Oleh F-Secure

Familiar Song Gerald Situmorang